• Foto Sarasehan

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

http://www.binjaicyber-team.tk/under.gif

Maaf...koneksi saya lemot, jadi lagi istirahat dulu neh...

ETHYLEN MEMPERCEPAT PROSES PEMASAKAN BUAH MELON

Sabtu, 05 November 2011 0 komentar


Ethylen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan hormon lainnya seperti auxin, gibberellin dan cytokinin. Dalam keadaan normal, ethylen berada dalam bentuk gas (C2 H4) dengan struktur kimia yang sangat sederhana.

Ethylen dihasilkan pada proses respirasi buah, daun dan jaringan lainnya di dalam tanaman. Karena dihasilkan oleh tanaman dalam jumlah banyak maka hormon ini dapat mempercepat pemasakan buah.

Struktur kimia ethylen sangat sederhana sekali yaitu terdiri dari dua atom karbon dan empat atom hidrogen seperti yang terlihat pada struktur kimia pada skema 1 :

Biosintesis ethylen terjadi di dalam jaringan tanaman yaitu terjadi perubahan dari senyawa awal asam amino methionine atas bantuan cahaya dan FMN ( Flavin Mono Nucleotida ) menjadi methionil. Senyawa tersebut mengalami perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi ethylen, methyl disulphide dan formic acid seperti pada skema 2 :

Akhir-akhir ini zat tumbuh etilen hasil sintetis (buatan manusia) banyak yang beredar dan diperdagangkan bebas dalam bentuk larutan adalah Ethrel atau 2 - Cepa.

Ethrel inilah yang dalam praktek sehari-hari banyak digunakan oleh petani-petani melon di Jawa Timur, khususnya karesidenan Madiun untuk mempercepat proses pemasakan buah melon. Ethrel adalah zat tumbuh 2 - Chloro sthyl phosphonic acid (2 - Cepa ) dengan rumus bangun pada skema 3

Pada pH di bawah 3,5 molekulnya stabil, tetapi pada pH di atas 3,5 akan mengalami disintegrasi membebaskan gas etilen, khlorida dan ion fosfat.

Karena sitoplasma tanaman pHnya lebih tinggi daripada 4,1 maka apabila 2 - Cepa masuk ke dalam jaringan tanaman akan membebaskan etylen. Kecepatan disintegrasi dan kadar etylen bertambah dengan kenaikan pH. Sudah diketahui bahwa untuk mempercepat proses pemasakan buah dipakai karbit yang juga mengeluarkan gas etylen tetapi jika dibandingkan dengan penggunaan ethrel atau 2 - Cepa ternyata bahwa penggunaan ethrel atau 2-Cepa lebih baik pengaruhnya daripada karbit baik dari segi waktu, warna, aroma dan cara penggunaannya pada buah yang telah masak.

CARA APLIKASI :

Cara menggunakan ethrel adalah dengan mengencerkan larutan terlebih dahulu. Biasanya konsentrasi yang digunakan adalah + 30 cc / lt. air. Penggunaan dosis dengan konsentrasi yang terlalu rendah memberikan efektivitas yang kurang baik sebaliknya bila konsentrasi terlalu tinggi akan memberikan suatu pemborosan. Setelah larutan ethrel diencerkan ( 30 cc / lt. air ) disemprot pada tanaman melon yang berumur antara 57 - 60 hari setelah pindah tanam.

Di sini perlu diperhatikan bahwa :
  1. Bagian buah melon yang disemprot hanya 2/3 bagian dari bawah ke atas. Usahakan agar penyemprotan tidak mengena pada tangkai buah karena akan mempercepat buah menjadi rontok.
  2. Apabila penyemprotan ethrel dilakukan pada buah melon yang belum tua (belum masak) lalu buah tersebut segera dipetik akan memberikan pengaruh yang negatif terutama pada warna, rasa dan aroma.
  3. Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan antara jam 10.00 - 11.00 WIB siang dengan harapan sudah tidak ada embun yang melekat pada buah sehingga ethrel yang disemprot langsung kena pada buah. Bila sehabis semprot langsung turun hujan, maka reaksi ethrel tidak akan efektif.
  4. Lamanya waktu antara 3 - 4 hari setelah disemprot maka buah melon siap dipanen dengan kualitas buah yang standar (warna, rasa dan aroma).
  5. Bagaimanapun juga baiknya ethrel dalam proses percepatan pemasakan buah melon, tetapi tetap ada saja efek negatifnya, yaitu buah melon harus segera dipetik (kurun waktu 3-4 hari), mengurangi lamanya daya simpan dan dapat mengecewakan pembeli karena terkecoh oleh warna yang menarik tetapi buah melonnya sendiri kurang umur (kurang masak) sehingga rasanya tidak manis.
MENGAPA ETHYLEN MEMPERCEPAT PROSES PEMASAKAN BUAH MELON

Mobilitas Ethylen Dalam Buah

Secara teoritis dari segi fisiologis tanaman disebutkan bahwa mekanisme / kerja ethylen dalam proses pemasakan buah adalah :
  1. Pada tingkat molekular C2H4 (ethylen ) dapat terikat pada ion logam pada enzim atau ikut serta dalam sistem pengangkutan elektron yang khusus.
  2. Pada tingkat sel, C2H4 menambah permeabilitas membran sel maupun membran-membran bagian sub seluler sehingga membuatsubstrat lebih mudah dapat dicapai oleh enzim-enzim yang bersangkutan karena C2H4 mudah larut dalam air dan lemak.
  3. Dengan mudahnya enzim mencapai substrat menyebabkan terjadinya percepatan proses respirasi di dalam buah dan mempercepat proses perubahan karbohidrat menjadi gula pada proses pemasakan tersebut.
Oleh Budiyono Jayus di Ladang Agro Nusantara

    Bauveria bassiana sebagai Insetisida Hayati

    0 komentar

    Kembali pada filosofi makan memakan dan siapa makan siapa. Tanaman bisa sakit karena diserang (‘dimakan’) oleh hama atau penyakit. Ternyata hukum makan memakan ini berlaku juga untuk hama. Hama pun bisa juga kena ‘peyakit’, dengan kata lain ada yang ‘memakan’-nya. Nah…kita bisa memanfaatkan ‘hukum alam’ ini. Kita bisa melawan hama dengan memanfaatkan musuh alaminya. Salah satu musuh alami hama/insek yang sudah banyak dikenal adalah Bauveria bassiana dari kelompok jamur. Ternyata seragga bisa ‘jamuren’ juga ya…..kaya manusia yang kena panu. Tetapi jamur ini mamatikan bagi serangga.Jamur Bauveria bassiana cukup mudah dibiakkan. Saya katakan cukup mudah, karena mungkin agak sedikit sulit untuk sebagian orang. Caranya mirip dengan membuat tempe, tetapi jamur yang digunakan adalah Bauveria bassiana dan medianya jagung/beras. Teknik ini bisa diajarkan dan bisa dilatih. Jadi perlu orang yang terlatih untuk mengerjakan kegiatan ini.

    Kultur murni:                                                                                                       
    Kultur murni Bauveria bassiana, kultur ini bisa diperoleh di lab-lab yang menjual kultur murni Bauveria bassiana.
    Bahan:
    Bahan ini untuk media pertumbuhan jamur yaitu jagung/beras 1 kg

    Alat:
    plastik tahan panas (HDPE) ukuran 1 kg, kukusan, kompor

    Tempat:
    Sebaiknya gunakan tempat khusus untuk ini, yaitu tempat yang cukup bersih, terlindungi dari udara luar, dan higienis.

    Cara membuat:
    1. Jagung atau beras dibersihkan dan direndam di dalam air selama 20 menit
    2. Kukus beras itu sampai menjadi nasi jagung/nasib beras.
    3. Kemas di dalam kantong plastik tahan panas. Masukkan kira-kira 1/3 bagian dari volume plastik. Tutup dengan rapat dengan tali karet.
    4. Kukus lagi selama 2 jam.
    5. Media kemudian didinginkan. Setelah dingin inokulasikan kultur Bauveria bassiana dengan perbandingan 1: 10 (isolat: media). Dan tutup kembali dengan rapat dan baik.
    6. Simpan/inkubasi selama kira-kira seminggu sampai jamur tumbuh dengan baik.
    7. Jamur siap digunakan 
    Cara aplikasi:
    1. Kultur Bauveria bassiana diblender dan dilarutkan dalam air dengan dosis 10 gram kultur dilarutkan dalam 1 liter air matang.
    2. Disemprotkan ke bagian tanaman yang terserang serangga setiap seminggu sekali.
    3. Kebutuhan per ha kurang lebih 1.5 kg kultur Bauveria bassiana.
    Catatan: jangan campur dengan pestisida kimia

    RESUME HASIL SARESEHAN BIDANG BISNIS & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    0 komentar

    DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 

    Peningkatan nilai moralitas dan spiritual keagamaan menjadi dasar dalam membangun masyarakat dan manusia yang religius, beretika, dan berbudaya, sehingga dapat dijadikan landasan  untuk meningkatkan dan memberdayakan masyarakat  pertanian khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
    Program pemberdayaan lembaga bersifat terbuka, tidak diskriminatif karena faktor agama, suku, dan ras.
    Masyarakat memiliki cita-cita dan komitmen yang kuat untuk selalu meningkatkan dan membangun nasib dan masa depan yang lebih baik, dan karenanya lembaga ini berusaha mengakomodasikan dan mengkoordinasikan cita-cita tersebut. Sehingga dalam kebersamaan antara masyarakat pertanian, masyarakat luas, lembaga ini dan lembaga pemerintah terkait, berusaha memenuhi hak dan kewajiban yang seimbang dan  proporsional dalam  menuju harapan dan cita-cita bersama, dengan memegang teguh prinsip keadilan dan non diskriminasi yang menjadi ruh dan etika internal.
    Perlu dikembangkan sistem yang bisa memacu masyarakat petani untuk membentuk, menciptakan, dan mengembangkan profesi bidang pertanian sebagai lahan yang dapat menopang hidup masyarakat petani. Wacana itu harus mengedepankan petani sebagai subyek investasi di bidang pertanian dan bukan semata-mata sebagai obyek.
    Dengan adanya lembaga ini diharapkan langkah-langkah kecil menuju pemberdayaan mulai diayunkan, dengan harapan upaya pemberdayaan bisa berjalan dengan semestinya dan pada akhirnya bidang pertanian menjadi salah satu pilihan  lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan menjadi ujung tombak perekonomian bangsa dan negara.
    Kebersamaan yang hendak dibangun dan diperjuangkan adalah kebersamaan yang mendorong partisipasi  pelaku, masyarakat  petani dan masyarakat luas pada umumnya, lembaga pemerintahan terkait, orang-orang yang simpati dan berkompeten di bidang pertanian, sehingga diharapkan terbentuk kinerja yang efektif, efisien dan solit dalam proses pembentukan masyarakat petani yang berswasembada dan berswadaya serta dapat menunjang dan membentuk sumber daya manusia di bidang pertanian yang bermoral dan beretika.
    Kedudukan  lembaga dalam  hal ini sebagai motivator dalam  mendampingi dan membina masyarakat pertanian dalam meraih harapan menuju masyarakat pertanian yang berswasembada dan berswadaya.
    Kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial sama pentingnya. Dengan upaya yang sungguh-sungguh untuk meraih tingkat kehidupan  dan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat luas dan masyarakat pertanian, dalam kemitraan ini berusaha diwujudkan secara bersama masyarakat yang beradab dan sejahtera, sehingga pada akhirnya diharapkan setiap warga masyarakat memiliki kenyamanan dan kemudahan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi prioritas utama karena apapun alasannya bidang pertanian merupakan salah satu tulang punggung stabilitas perekonomian Indonesia. Dan sampai saat ini justru bidang pertanian belum bisa menjadi tonggak perekonomian nasional.
    Dalam kerangka pikir seperti itu, keberadaan kelembagaan ini diharapkan mampu menjembatani proses-proses perbaikan sistem pertanian secara baik.

    AGENDA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    Membentuk kelompok – kelompok untuk mempermudah dalam managerial, pembinaan dan mempertinggi intensitas komunikasi dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
    Membangun moral dan mental masyarakat pertanian untuk selalu memahami bahwa bidang yang mereka kelola merupakan salah satu tonggak perekonomian negara.
    Memberikan wadah bagi para petani & pelaku bidang pertanian untuk berkumpul dan berkomunikasi   membahas perkembangan dan pengembangan tehnologi pertanian.
    Memberikan & menambah  pengetahuan tehnologi budidaya yang efektif & efisien sehingga diharapkan dapat menstabilkan dan meningkatkan hasil pertanian secara kualitatif dan kuantitatif, sehingga pada akhirnya bidang pertanian dapat memenuhi kebutuhan akan kesejahteraan dan kenyamanan hidup.
    Peningkatan hasil pertanian dalam upaya pemberdayaan yang tepat, bermoral dan beretika dalam lingkup kebersamaan antara masyarakat, pemerintah, lembaga maupun perorangan / organisasi, untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
    Pemberdayaan dan pembinaan masyarakat pertanian melalui kelompok-kelompok  dan  lembaga2 setara koperasi  petani, sehingga diharapkan mereka pada akhirnya mampu memanagerial dan mengelola sendiri sistem pertanian, baik dari sisi permodalan, pengelolaan, penjualan maupun peningkatan nilai jual hasil produksi pertanian.
    Menciptakan lingkungan usaha yang sehat bagi masyarakat pertanian,, sehingga petani akan menjadi mitra perekonomian yang dihargai keberadaannya.
    Membentuk dan menciptakan produk-produk pasca panen dari hasil pertanian dan limbah pertanian, serta produk2 yg dapat memaksimalkan potensi lokal, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan nilai jual hasil  pertanian. Menciptakan & mencari peluang kemitraan dengan pihak ketiga.
    Menciptakan dan membentuk usaha bidang pertanian yang tepat, sehingga usaha di bidang pertanian sudah dapat dijadikan sumber mata pencaharian yang menguntungkan dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
    Pada tahap akhir wadah ini bisa mengangkat harkat dan martabat para petani karena monopoli industri pertanian dibuat dan diciptakan petani sendiri.

    TARGET YANG AKAN DICAPAI

    JANGKA PENDEK
    1. Membuat kelompok2 binaan untuk masing2 daerah + pengurus.
    2. Mempersiapkan kelengkapan administrasi pembentukan kelompok
    3. Mensosialisasikan kegiatan pemberdayaan termasuk pola pendampingan lapangan.
    4. Realisasi pembahasan kemitraan dengan pihak ke tiga ( cabe rawit , koro pedang ).
    5. Realisasi pendampingan & peningkatan tehnologi budidaya pertanian.
    JANGKA MENENGAH - PANJANG
    1. Realisasi pendirian sekolah lapang untuk maksimalisasi penyebaran tehnologi pertanian, penyediaan tenaga kerja professional di bidang pertanian & pengembangan riset, ilmu pengetahuan & tehnologi. ( Lokasi : Banyubiru, Kec Ambarawa & Bawen, Kab Semarang, Jawa Tengah ).
    2. Realisasi pembentukan lembaga2 setara koperasi .
    3. Realisasi pendirian industri  kecil – menengah dalam rangka maksimalisasi potensi lokal, penciptaan  lapangan pekerjaan di daerah, peningkatan pendapatan petani dibidang  non sektoral.
    4. Dari pola tersebut diatas diharapkan akan muncul pola sinergitas yang menjembatani antara pelaku bisnis , lembaga & petani.
    REALISASI PEKERJAAN

    1. Pembangunan Kantor Pusat Ladang Agro Nusantara ( Jogjakarta ) :
    1.  Kantor Pusat Operasional Ladang Agro Nusantara. ( LAN )
    2. Kantor Pusat Agrotara Coorp. (Dvisi Bisnis & usaha )
    3. Kantor Pusat KSP Mitra Agrotara.( Pusat pengelolaan dana simpan pinjam anggota    Paguyuban Ladang Agro Nusantara )
    2 AGROTARA SEED. Lokasi : Subang,   Pemuliaan benih (padi cabe tomat etc )

    3 AGROTARA LESTARI
    . Lokasi : Purbalingga Perkebunan coklat & pabrik pengolahan coklat

    4 AGROTARA FARM,
    5 lokasi pabrik = Bandung, Jogjakarta, Payakumbuh, Jember,Nusa Tenggara Barat. Pabrik pakan ternak.

    5 AGROTARA STUPA MULYA  Breeding & budidaya ternak ayam lokal ( 3 lokasi = JOGJAKARTA, PEMALANG, SURABAYA ).

    6 BINA MADANI AGROTARA LAMPUNG
      Pabrik pengolahan tepung singkong terpadu .

     7. AGROTARA TAMBAK LESTARI
      Budidaya perikanan air tawar  (JOGJAKARTA, MAGELANG,SALATIGA , SUKABUMI )  


    BUDIDAYA JAHE

    0 komentar


    A. SYARAT PERTUMBUHAN

    1. Iklim
    1. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. 
    2. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
    3. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC.
    2. Media Tanam
    1. Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus. 
    2. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
    3. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
    3. Ketinggian Tempat
    1. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0 – 2.000 m dpl. 
    2. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 – 600 m dpl.
    B. PEDOMAN BUDIDAYA

    1. Pembibitan

    1) Persyaratan Bibit
    Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
    1. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar). 
    2. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
    3. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
    2) Teknik Penyemaian Bibit

    Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.

    a. Penyemaian pada peti kayu
    Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu.

    Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
    b. Penyemaian pada bedengan
    Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah.

    Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
    3) Penyiapan Bibit

    Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.

    4. Pengolahan Media Tanam


    1) Persiapan Lahan
    Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
    2) Pembukaan Lahan
    Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
    3) Pembentukan Bedengan
    Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk pencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
    4) Pengapuran
    Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp.

    Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.

    a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
    b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
    c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
    3. Teknik Penanaman
     
    1) Penentuan Pola Tanaman
    Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
    1. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga. 
    2. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
    3. Meningkatkan produktivitas lahan.
    4. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
    Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayursayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.

    2) Pembutan Lubang Tanam

    Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.

    3) Cara Penanaman

    Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.

    4) Perioda Tanam

    Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.

    4. Pemeliharaan Tanaman

    1) Penyulaman
    Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.

    2) Penyiangan
    Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

    3) Pembubunan

    Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah.

    Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.

    Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.

    4) Pemupukan

    a. Pemupukan Organik
    Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.

    b. Pemupukan KonvensionalSelain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman

    5) Pengairan dan Penyiraman


    Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;

    6) Waktu Penyemprotan Pestisida

    Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.

    C. HAMA DAN PENYAKIT

    1. Hama

    Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
    1. Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang. 
    2. Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
    3. Kumbang.
    2. Penyakit

    1) Penyakit layu bakeri

    Gejala:
    Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab.

    Pengendalian:
    • jaminan kesehatan bibit jahe; 
    • karantina tanaman jahe yang terkena penyakit;
    • pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik;
    • pengendalian fungisida dengan mikcide 70 wsc
    2) Penyakit busuk rimpang

    Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.

    Gejala:

    Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati.

    Pengendalian:
     
    • penggunaan bibit yang sehat; 
    • penerapan pola tanam yang baik;
    • penggunaan fungisida.
    3) Penyakit bercak daun

    Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.

    Gejala:
    Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati.

    Pengendalian:

    baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.

    3. Gulma

    Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.

    4. Pengendalian hama/penyakit secara organik

    Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
    1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman 
    2. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
    3. Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
    4. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
    5. Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
    6. Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
    Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:

    1) Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.

    2) Piretrum
    (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.

    3) Tuba
    (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.

    4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.

    5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.

    6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.

    7) Insektisida nabati yang sudah bentuk formulasi jadi bisa pakai basmilat 80 ec , natucide 100 ec,dan biagro 60 ec.

    D. PANEN

    1. Ciri dan Umur Panen


    Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.

    2. Cara Panen

    Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka.

    Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.

    3. Periode Panen


    Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.

    4. Perkiraan Hasil Panen

    Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.

    E. PASCAPANEN

    1. Penyortiran Basah dan Pencucian


    Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.

    Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.

    Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

    2. Perajangan

    Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.

    3. Pengeringan

    Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 – 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.

    Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC – 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan

    4. Penyortiran Kering.

    Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

    5. Pengemasan

    Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

    6. Penyimpanan

    Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.


     
    Ladang Agro Nusantara © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum